MUNISI 105 mm
Munisi 105 mm adalah produk munisi kaliber besar yang dikembangkan oleh PT Pindad (Persero). Produk ini merupakan munisi dari meriam artileri medan dengan kaliber 105 mm. Produk ini berfungsi untuk memberikan bantuan tembakan sekelas batalion yaitu tembakan lintas lengkung yang dibutuhkan dalam taktik bertempur konvensional untuk memecah konsentrasi pasukan musuh dengan jarak efektif tembakan maksimal 11 kilometer. Produk ini dapat digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia khususnya untuk Angkatan Darat untuk pasukan artileri medan, Angkatan Laut untuk pasukan marinir, dan Angkatan Udara untuk Pasukan Khas.
Ada beberapa langkah untuk cara kerja produk ini. Pertama, masukkan isian dorong sesuai jarak tembak ke dalam longsong. Kedua, komandan pucuk akan mengecek isian dorong sesuai jarak tembakan. Ketiga, Munisi dimasukkan ke dalam chamber lalu dikunci. Keempat, pembidik diperintahkan komandan pucuk untuk merubah elevasi tembakan. Terakhir, setelah semuanya siap, komandan pucuk akan memberikan perintah untuk menembakkan munisi.
Kelebihan produk munisi 105 mm ini adalah proses desain dan proses produksi dilakukan oleh perusahaan dalam negeri, dalam arti suplai logistik pada angkatan akan bebas embargo dan TNI tidak akan tergantung kepada luar negeri dalam pemenuhan kebutuhan munisi kaliber 105 mm. Selain itu, produksi munisi 105 mm ini akan menimbulkan deterrent effect bagi Indonesia.
Riset untuk produk ini diawali dengan benchmarking produk-produk munisi 105 mm lain yang sudah ada di dunia internasional. Selanjutnya dilakukan reverse engineering untuk beberapa bagian unggul, seperti longsong, sistem penggalak, case munisi utama, isian dorong, dan fuse. Dalam proses pengembangannya, berkali-kali dilakukan trial and error dalam mendapatkan tingkat efektivitas yang tinggi dalam daya ledak dan ketepatan sasaran dari munisi 105 mm. Beberapa raw material masih mengimpor dari luar negeri seperti case dan fuse. Namun, pengisian bahan peledak yang dilakukan di Divisi Munisi Turen, Malang sudah mampu melakukan produksi massal.
Uji untuk produk munisi dilakukan di Divisi Penelitian dan Pengembangan PT Pindad (Persero) Bandung dan Divisi Munisi Turen, Malang. Sedangkan untuk proses sertifikasi, dilakukan dalam beberapa proses. Pertama, uji laboratorium untuk metalurgi material, longsong, dan case dan kedua, uji laboratorium untuk isian dorong munisi. Uji fragmentasi dilakukan di Lumajang, Jawa Timur dan menghasilkan berat rata-rata fragmentasi yaitu 10-200 gram (90%). Selain uji fragmentasi, dilakukan pula uji kerapatan pecahan dengan hasil proyektil dapat meledak dengan sempurna dan dapat menembus plat alumunium dengan tebal 3 mm dengan jarak 15 meter dengan kerapatan pecahan >10 pecahan/m2 dengan jarak 25 meter. Selain itu, dilakukan pula uji coba produk dengan mencocokkan tavel tembak dengan ketepatan hasil tembakan yang dilakukan di fasilitas uji Distlitbang AD di Ambal, Kebumen.